Analisis Teori Dehumanisasi Pendidikan Paulo Freire Terhadap Realita Pendidikan Di Indonesia

Oleh: Riski

Peranan pendidikan pada zaman modern sekarang menempatkan pendidikan pada satu kekuatan yang besar dalam lumbung peradaban ummat manusia, Pendidikan diakui sebagai satu kekuatan ( education as power ) yang nantinya akan menentukan prestasi dan produktivitas dalam kehidupan yang dijalani.

Pendidikan jika diartikan adalah suatu kekuatan yang besar bagi kehidupan, berarti pendidikan memiliki kewenangan yang besar dalam merubah nasib ataupun pola kehidupan sosial manusia. Seluruh aspek kehidupan manusia memerlukan posros pendidikan baik didalam maupun diluar lembaga formal, hubungan antara manusia satu dan manusia lainnya juga akan mengkaji peran keterlibatan sesorang terhadap orang lain yang nantinya akan dinamakan sebuah pelajaran yang didapatkan dari interaksi yang dilakukan oleh satu orang dengan orang.

Sebuah proses interaksi yang didapat melalui pendidikan. Robert W. Richey dalam bukunya planning for Teaching and introduction yang isinya : Istilah pendidikan mengacu pada fungsi luas memelihara dan meningkatkan kehidupan kelompok melalui membawa anggota baru ke dalam keprihatinan bersama. Dengan demikian, pendidikan merupakan proses yang jauh lebih luas daripada yang terjadi di sekolah. Pendidikan merupakan aktivitas sosial yang esensial di mana komunitas terus eksis. 

Menurut Robert W.Richey pendidikan merupakan urusan yang kompleks bukan hanya perihal pengajaran dari seorang guru terhadap murid yang menempatkan posisi guru sebagai tuhan serta murid seperti seorang hamba yang pasrah untuk menerima pelajaran – pelajaran yang didapatkan melalui penyampaian seorang guru, pendidikan juga bukan sebuah kegiatan yang memikirkan serta suatu tindakan yang menciptakan seorang diberi posisi untuk menjadi subyek serta orang lain menjadi objek, melainkan pendidikan adalah sebuah urusan keterlibatan banyak individu untuk memiliki rasa senasib serta memiliki ikatan batin untuk memikirkan serta mengimplementasikan nilai – nilai kebaikan untuk kehidupan banyak orang. 

Paulo freire adalah salah satu tokoh filsafat yang berpengaruh ditengah peradaban abad 21 ini, melalu kiritik – kritik yang disampakannya terhadap fenomenology dunia pendidikan yang terjadi

dilingkungan sekitarnya membuat ia menjadi salah seorang filsuf yang memiliki nilai tersendiri dan dekat dengan dunia pendidikan. 

Seorang tokoh brazil yang memperjuangkan pendidikan serta sebuah harapan akan kesejahteraan oranglain dalam sebuah perkumpulan, sebuah aktifitas sosial kelompok, pendidikan menurut Paulo freire merupakan satu hal yang penting meski bagi orang lain pendidikan adalah suatu hal yang utopis.(Abdillah, 2017). 

Pendidikan humanis adalah pendidikan yang digagas oleh Paulo freire, sebuah pendidikan yang terkonsep terhadap pembebasan manusia, berarti posisi sekarang manusia dihadapkan dengan dehumanis yaitu pendidikan yang menjadikan guru sebagai pemeran utama dan murid diminta untuk menerima apapun yang dipaparkan oleh guru, Pendidikan yang seperti ini merupakan sebuah kritik yang disampaikan oleh Paulo freire kareana tidak terjalinnya iteraksi aktif antara murid dan guru. 

Analsiis yang terjadi menempatkan femikiran Paulo freire dalam dunia pendidikan saat ini menjauhkan manusia dengan kebebasan berfikir serta membatasi ruang gerak dan mengubur cita – cita yang bersih dari setiap insan para pelajar ataupun ummat manusia, serta pendidikan sekarang dikritik sebagai pendidikan yang menjauhkan manusia dari nalar kritis, sikap solutif dan tidak memiliki kreatifitas yang tinggi untuk menjadi seorang yang inovatif karena akal yang sehat dikubur dalam pemikiran bahwa murid adalah objek sedangkan guru adalah subjek inti dan murid ditempatkan sebagai mainan yang pemikiran serta aktifitasnya adalah suatu hal yang dapat dibatasi.

 Konsep pembebasan dehumanisasi Pendidikan Paulo Preire Teologi pembebasan pertama kali muncul di amerika latin pada tahun 1970 an, mengalami perubahan ataupun pembebasan yang dibagi menjadi dua sisi, sisi pertama merupakan sisi liberal-radikal yang membuka suatu wawasan yang meski sama sekali lain namun nampak luas dalam dinamika kehidupan sosial. Teology pembebasan ala Paulo freire dikatakan utopis karena menolak untuk menghindar dari sebuah kebebasan, kebebeasan berfikir serta mengeluarkan pendapat dalam dunia kehidupan. Paulo freire menganggap bahwa segala bentuk penindasan yang terjadi dunia ini merupakan sebuah pendidikan yang menggunakan metode atau cara jadul. 

Terlalu didominasi oleh guru serta murid tidak diberi ruang untuk mengekspor daya kreatifitas. Konsep penyadaran yang dilakukan oleh Paulo freire : Konsep pedidikan yang dilakukan adalah suatu konsep yang berjuang untuk penyadaran manusia akan relaitas sosialnnya ( Konsistensi ). Memlaui pengkonseptualan yang dilakukan oleh Paulo freire untuk memulai program pendidikannya dengan penyadaran yang mengarah pada konsep pembebeasan ataupun yang dikenal sebagai Kemanusiaan Yang lebih utuh. Penyadaran adalah sebuah inti dari sebuah pendidikan dan pendidikan harsu mengandung muatan realistis, dalam materi ajar yang biasa disampaikan oleh guru kepada murid melalui proses pendidikan, baik itu formal ataupun pendidikan non formal. Paulo freire mengecam konsep pendidikn yang dijumpai dalam realitas kehidupan sosial yang ia lewati diantaranya adanya Banking Concep Of Education, atau sebuah konsep yang sering ia temui didalam kelas belajar menurutnya ini adalah sebuah alat yang dapat menindas serta mebatasi ruang gerak para pelajar dan mahasiswa karena karakter yang dibangun dalam konsep ini merupakan sebuah karakter naratif. Menurut freire BCE secara fundamental menempatkan posisi guru sebagai subjek berbicara dan murid hanya menjadi objek tunggal ( mati ) yang tidak dapat mengekspresikan apa yang ada dalam fikiran murid murid tersebut.(Pramudya, 2001). 

Sebagai konsep yang berbeda dengan konsep yang menurut Paulo freire tidak sesuai ataupun tidak memerdekakan kehidupan manusia ia memberikan sebuah konsep problem posing metod, sebagai lawan dari BCE freire mengatakan bahwa konsep pendidikan yang tidak menindas bertujuan untuk membangkitkan kesadaran manusia akan relaitas, bukan hanya itu tetapi juga implementasi terhadap apa yang didapat dalam sebuah proses pendidikan dan tidak terkekang dalam segi sifat atau proses yang dilalui dan dapat diterapkan terhadap masyarakat yang dijumpai dan menunjukkan bahwa manusia adalah seorang makhluq yang merdeka sedari memiliki ide – ide sampai dengan penerapan dalam bentuk aksi. 

Lalu Bagaimana Keadaan Pendidikan Di Indoensia ?  

Fenomena monopoli pendidikan masih saja terlihat di Indonesia, akibat adanya factor sosial ekonomi kemiskinan yang menunjukkan bahwa pendidikan formal tidak bisa dijangkau oleh masyarakat secara keseluruhan, pendidikan yang baik hanya dapat didapatkan oleh orang – orang yang secara finansial memiliki uang yang lebih serta pendidikan yang mencerahkan di Indonesia tidak lepas dari pendidikan gaya bank, Dimana didalamnya masih terdapat peran guru secara besar yang akan menentukan masa depan seorang murid dan pernyataan – pernyataan bahwa jika sekolah mau apa?, atau sekolah untuk apa? merupakan fenomena yang masih saja ada di Indonesia dan tidak secara paradoks memiliki nilai – nilai yang baik untuk kehidupan. 

Di sekolah sekolah guru mengajar dengan gaya bank, murid dijadikan hanya sebagai tabungan yang selalu membeo akan hal yang disampaikan oleh guru, mereka tidak boleh protes ataupun membantah apa yang disampaikan oleh guru, dengan ini menjadikan murid di Indonesia secara pemikiran tidaklah menjadi murid yang merdeka atau murid yang bisa mengekspresikan kebebasan dalam berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. 

Pendidikan di Indoenesia masih jauh dari nilai – nilai yang diharapkan sesuai denganpesan – pesan yang tertera dalam butir – butir pancasila, pendidikan Indonesia belum bisa menempatkan Kesejahteraan bagi seluruh rakyat-Nya sebagai tujuan utama. Tentu denegan peran generasi muda serta stakeholder pemerintahanlah yang akan dapat memperbaiki keadaan ini melalui analisis – analysis yang telah dipaparkan oleh penulis dalam essay ini.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *